Batik dan kebanggaan

Batik tulis kebangaan
Pernah terjadi, nasionalisme sedemikian mengental dan membara hanya karena klaim negara tetangga bahwa batik adalah 'miliknya'. Perang pernyataan dan opini terjadi di semua level. Dari yang masih menggunakan bahasa diplomatis sampai makian sangat kasar. Kemudian terhenti dengan sendirinya setelah ada "campurtangan" dari pihak lain: Batik adalah warisan budaya Indonesia.
Kebanggaan yang semestinya tidak perlu harus dipicu dengan klaim dari orang lain. Kebanggaan seharusnya tumbuh dengan sendirinya. Tapi, setidaknya ada pelajaran penting: masih banyak orang lain yang bangga dengan warisan yang kita miliki yang bahkan kita sendiri tidak terlalu memperdulikannya.
Jadi, untuk menumbuhkan kebanggaan atas warisan sah milik bangsa, cara termudah adalah suruh orang lain mengklaim terlebih dahulu. Rasa memiliki yang disertai dengan kebanggaan yang patriotik akan segera tumbuh. Mungkin disertai dengan heroisme memaki "si pencuri". Analoginya mirip kejadian pada saat orang lain mengambil barang yang tidak berharga dan kita sia-siakan. Jika ada pemulung mengambil barang bekas yang teronggok di halaman rumah kita akan segera timbul rasa memiliki atas barang yang selama ini kita onggokkan begitu saja.
Warisan budaya seperti batik juga seperti barang yang kita sia-siakan dan kita sangat tersentak saat orang lain mengklaim bahwa batik adalah 'milik' sah mereka. Untunglah ada tetangga yang berinisiatif memungut dan memuliakannya sehingga kita jadi diingatkan tentang milik berharga ini. Dan sekarang batik sudah sedemikian memasyarakat. Semua kalangan bangga mengenakan batik pada berbagai kesempatan. Setelah terlebih dahulu Batik menjadi 'pakaian resmi' bangsa kita dalam resepsi untuk menggantikan jas dan dasi.

0 komentar:

Posting Komentar